Rabu, 24 September 2014

IKA BINDO UNJ pada Bulan Bahasa 2014: Butuh Sikap Positif & Uji Kompetensi Berbahasa Indonesia (UKBI)



Dalam rangka peringatan 86 tahun Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, Ikatan Alumni Bahasa dan Sastra Indonesia (IKA BINDO) FBS Universitas Negeri Jakarta menegaskan pentingnya sikap positif dan diberlakukannya Uji Kompetensi Berbahasa Indonesia (UKBI) secara menyeluruh kepada seluruh pekerja Indonesia dan pekerja asing jelang diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada 2015 nanti. Hal ini ditegaskan IKA BINDO dalam pencanangan Bulan Bahasa & Sastra 2014 di Jakarta hari ini.

ASEAN Free Trade Area akan hadir tahun 2015. Masyarakat Indonesia akan berhadapan dengan persaingan bisnis dan pasar kerja, di samping percampuran sosial budaya. Untuk mempertahankan eksistensi Bahasa Indonesia perlu diberlakukan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) atau tes TOEFL Bahasa Indonesia untuk pekerja asing di Indonesia. Hal ini penting untuk mengurangi kesenjangan bahasa dan komunikasi antar bangsa. Kita harus jadi tuan rumah di negeri sendiri dalam aspek bahasa” ujar Syarifudin Yunus, Ketua IKA BINDO UNJ yang sekaligus Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI.

Melalui UKBI atau TOEFL Bahasa Indonesia pada dasarnya akan membuka peluang baru untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ASEAN. Sebagai negara terbesar di ASEAN, Indonesia memiliki kepentingan menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa wajib di wilayah ASEAN. Dari tahun ke tahun Bahasa Indonesia terus berkembang dan tersebar di 45 negara. Jumlah pemakainya pun semakin meningkat, seperti di Malaysia, Singapura, Brunei, dan Filipina. Bahkan Vietnam telah mengesahkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kedua sejak 2007. Penggunaan Bahasa Indonesia sebagai sarana diplomasi, perdagangan internasional, dan penyebaran ilmu pengetahuan terus meningkat.


Untuk itu, IKA BINDO UNJ mengimbau masyarakat Indonesia sebagai pemakai Bahasa Indonesia harus percaya diri dan peduli terhadap bahasanya sendiri. Tak perlu malu dan minder menggunakan Bahasa Indonesia dalam pergaulan atau kancah resmi. Bangsa Indonesia perlu meniru bangsa Jepang yang selalu aktif dalam menggunakan bahasa mereka, baik dalam komunikasi sehari-hari maupun untuk bisnis serta perdagangan.

Melalui momentum Bulan Bahasa dan Sastra – Oktober 2014 ini, IKA BINDO UNJ menegaskan peran penting Bahasa Indonesia sebagai kekayaan yang tidak ternilai harganya. Meskipun penggunaan bahasa Indonesia cenderung tergusur oleh pemakaian bahasa asing, Bahasa Indonesia masih tetap menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi yang menyatukan bangsa Indonesia, sebagai bahasa pemersatu. “Kegiatan Bulan Bahasa dan Sastra pada bulan Oktober setiap tahunnya harus diupayakan untuk meningkatkan semangat dan peran penting Bahasa Indonesia bagi pemakainya” tambah Syarifudin Yunus.


Dalam kaitan itu, IKA BINDO UNJ menekankan pentingnya perhatian terhadap 5 hal dalam pengunaan Bahasa Indonesia, antara lain:
1. Maraknya bahasa eufimisme dan sarkasme. Dunia politik dan para politisi yang kerap menggunakan bahasa eufimisme dan sarkasme harus dikurangi agar Bahasa Indonesia tidak semakin terpuruk. Makna bahasa harus sejalan dengan hati nurani, tidak semata atas didasari pragmatisme politik untuk meraih kekuasaan dan popularitas. Kondisi ini telah menyebabkan Bahasa Indonesia tidak lagi menggambarkan karakter bangsa yang ramah, jujur, dan bersahabat.
2. Penggunaan bahasa asing yang salah kaprah. Dominannya penggunaan bahasa asing dalam berbagai sarana komunikasi akan dapat menjadi ancaman Bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa.
3. Sikap tidak acuh dalam berbahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sangat membutuhkan sikap peduli para pemakainya, di samping kesadaran berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Sikap ini pada akhirnya menyebabkan Bahasa Indonesia menjadi tersisih dibanding bahasa asing.
4. Ketahanan Bahasa Indonesia sebagai identitas dan jati diri bangsa. Hal ini untuk antisipasi terhadap pengaruh bahasa global yang kian marak. Campur-aduk penggunaan bahasa asing dan bahasa daerah yang berlebihan akan dapat mengikis ketahanan berbahasa Indonesia.
5. Bahasa Indonesia tidak cukup “asal mengerti”. Perilaku berbahasa yang asal nyambung menjadikan pemakaian Bahasa Indonesia menjadi tidak sesuai dengan konteks dan cenderung nyeleneh. Setiap pemakai Bahasa Indonesia harus menjunjung tinggi penggunaan Bahasa Indonesia yang baku dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

“Sebagai pemilik Bahasa Indonesia, kita sering bersikap negatif terhadap bahasa kita sendiri akhirnya menimbulkan krisis berbahasa. Apalagi di dunia politik, Bahasa Indonesia seolah terlalu mudah dimanipulasi untuk kepentingan kekuasaan dan popularitas semata. Hari ini, kami mengajak untuk lebih peduli dan bersikap positif terhadap Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa Indonesia” ujar Syarifudin Yunus.

Melalui momentum Bulan Bahasa dan Sastra pada Oktober 2014 ini, IKA BINDO UNJ menilai persoalan Bahasa Indonesia saat ini telah berkembang ke arah yang kompleks. Karena itu, dibutuhkan strategi nasional untuk merevitalisasi penggunaan Bahasa Indonesia jelang Masyarakat Ekonomi ASEAn (MEA) pada 2015 nanti.  Bahasa Indonesia harus dikembalikan kepada posisi yang penting dan memiliki identitas guna membangun karakter bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya dan memiliki nilai-nilai yang luhur. Karena cerminan karakter bangsa yang baik dan bersahabat dapat dicirikan dari bahasanya.

Tentang IKA BINDO UNJ

Berdiri sejak 4 Oktober 2009, IKA BINDO UNJ (IKATAN ALUMNI BAHASA & SASTRA INDONESIA Universitas Negeri Jakarta) merupakan perhimpunan sekitar 8.000 sarjana dan guru Bahasa dan Sastra Indonesia yang memiliki komitmen untuk menjaga dan melestarikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, di samping sebagai jati diri bangsa.
IKA BINDO berpegang pada VISI Membangun sinergi dalam pengembangan keilmuan dan profesi di bidang Bahasa dan Sastra Indonesia, dengan menjunjung tinggi MISI Mempertahankan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa Indonesia, dengan mengacu pada nilai-nilai: kompetitif,  memberi nilai tambah, profesional, dan bangga.

IKA BINDO UNJ berafiliasi dengan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Jakarta, dengan anggota yang tersebar di seluruh Indonesia.

Minggu, 07 September 2014

Hasil Polling: Apa yang Akan DIlakukan Alumni IKA FBS UNJ ?

HASIL POLLING ALUMNI IKA FBS UNJ

IKA FBS UNJ selama 6 hari (30 Agustus-6 September 2014) menyelenggarakan POLLING internal di kalangan anggotanya untuk mengetahui tingkat kepedulian alumni/anggota terhadap organisasi alumninya sendiri. Polling ini merupakan salah cara untuk mencapai SINNERGI NYATA di antara alumni.
Adapun hasil Polling ke-1 IKA FBS UNJ dengan pertanyaan di bawah ini adalah sebagai berikut:  

Pertanyaan:
SEBAGAI ALUMNI FPBS IKIP JKT/FBS UNJ, APAKAH ANDA BERSEDIA .....?

Jawaban:
1. Ikut Aktif Memajukan Organisasi 
       44%
2. Membayar Iuran Tahunan Anggota
  11%
3. Ikut Hadir di Setiap Event IKA FBS UNJ
       44%
4. Biasa saja
      0%
Dengan demikian, para alumni yang tergabung dalam IKA FBS UNJ memeiliki kecenderungan yang besar untuk IKUT AKTIF MEMAJUKAN ORGANISASI (44%) dan IKUT HADIR DI SETIAP EVENT (44%). Semoga hal ini menjadi benar adanya. Salam IKA FBS UNJ, Menuju SINERGI NYATA !!


Minggu, 31 Agustus 2014

Peluncuran YAYASAN IKA FBS UNJ; Menuju SINERGI NYATA (on Pictures)

Inilah momen yang langka dan bersejarah; untuk kali pertama
Peluncuran YAYASAN IKA FBS UNJ sebagai lembaga hukum yang menaungi para alumni FPBS IKIP Jakarta/FBS Univ. Negeri Jakarta pada Sabtu, 30 Agustus 2014 di Pendopo FBS Kampus UNJ Rawamangung, sekaligus pergelaran HALAL BIHALAL & PENDOPO RASA.
Sekali lagi, Langkah Menuju Sinergi Nyata

















Ketika Alumni FPBS IKIP Jakarta/FBS UNJ "Poelang Kampoeng" on Picture

Momentum Alumni FBS UNJ/FPBS IKIP Jakarta “Poelang Kampoeng” Sabtu 3 Mei 2014 Pukul 10.00-15.00 WIB di Aula Perpustakaan Kampus UNJ Rawamangun. Mengapa “Poelang Kampoeng”? Tentu, untuk 1) Membangun silaturahmi sesama alumni FBS UNJ/FPBS IKIP Jakarta, 2) Membangun kekompakan dan kebersamaan sesama alumni FBS UNJ/FPBS IKIP Jakarta, dan 3) Merealisasikan sinergi dan kontribusi nyata alumni FBS UNJ/FPBS IKIP Jakarta kepada almamater FBS UNJ.




















Sabtu, 30 Agustus 2014

GURU Itu Bukan KASTA

Guru itu kasta, menurut sebagian orang guru. Guru merasa tahu segalanya. Guru juga merasa tidak boleh salah. Bahkan guru selalu memposisikan murid sebagai orang yang belajar, orang yang tidak tahu. Guru di atas, murid di bawah. Begitukah guru ?
13853072341310393788
Hari ini Guru berulang tahun. Tapi maaf, tidak ada ucapan selamat untuk guru. Karena guru belum mau belajar, guru belum mampu jadi teladan. Guru terlalu arogan, bahkan guru terlalu “tinggi” tempatnya dalam persepsi kebanyakan orang. Padahal, guru juga manusia. Guru juga bisa salah, lalu mengapa guru tidak boleh salah ?
Di dalam kelas, guru mengajar. Guru juga merasa pemegang otoritas “kebenaran”. Murid makin sulit untuk menunjukkan “kebenaran lain” di mata guru. Kalau ilmu dan pengetahuan bersifat dinamis, mengapa guru berpikir dan bertindak statis?
Pernah suatu kali murid bertanya di kelas, “Bu Guru, apakah dingin itu ada?”. Bu Guru meremehkan pertanyaan muridnya. “Kok, pertanyaan kayak gitu. Ya, tentu dong dingin itu ada. Memangnya kamu tinggal di mana ?” jawab Bu Guru. Murid sedikit terdiam. Ia berpikir dan menjawab. “Maaf Bu Guru, menurut saya, dingin itu tidak ada. Kita sering menganggap dingin karena tidak adanya panas. Saat tidak ada panas sama sekali, maka semua partikel diam. Kita menciptakan kata “dingin” sebenarnya untuk mendeskripsikan ketidak adaan panas”.
Suasana kelas makin serius. Murid pun bertanya lagi. “Bu Guru, bagaimana dengan gelap. Apakah gelap itu ada?”. Bu Guru dengan singkat menjawab, “Ya, tentu saja gelap itu ada di sekitar kita”. Murid pun kembali menjelaskan, “Maaf Bu Guru, sungguh gelap itu juga tidak ada. Bukankah gelap adalah keadaan di mana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari. Gelap tidak. Kita bisa mengukur cahaya, tapi kita tidak bisa mengukur gelap. Gelapnya suatu ruangan itu diukur oleh intensitas cahaya di ruang itu. Kita memkai kata “gelap” hanya untuk mendeskripsikan ketidak adaan cahaya”.
Guru mulai tidak menerima jawaban muridnya. Dalam hatinya, membenarkan. Tapi keadaan membuat Sang Guru sulit untuk menerima. Murid itu bertanya lagi, “Bu Guru,apakah kejahatan itu ada?”. Bu Guru mulai ragu untuk menjawabnya. “Tentu kejahatan itu ada. Kita setiap hari membaca berita kriminal di koran. Di TV, sering ada bentrok atau kekerasan. Itulah bukti adanya kejahatan di sekitar kita”. Murid pun kembali memberi argumen, “Maaf Bu Guru, seperti “dingin” atau “gelap”, tadi, kejahatan juga tidak ada. Kata “jahat” sering kita pakai untuk mendeskripsikan ketidak adaan kasih sayang Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya Tuhan dalam diri kita. Seperti “dingin” yang timbul karena tidak adanya panas dan “gelap” yang timbul karena tidak ada cahaya”.
Bu Guru mulai terdiam. Merenung sambil berpikir. Adalah nyata, Guru bisa salah dan murid bisa benar. Hanya saja, tidak semua Guru dapat menerima realitas murid yang “lebih tahu” dari gurunya. Karena itu, pesan untuk Guru:
1. Teruslah belajar, jangan pernah merasa tinggi ilmunya.
2. Tetaplah membumi dalam mengajar, jangan menerawang.
3. Tekunlah membaca dan menulis, jangan hanya berbicara dari yang didengar.
4. Tuangkanlah ilmu ke “hati murid yang luas, jangan sesempit gelas.
5. Tetaplah istiqomah dalam belajar dan mengajar.
Guru akan digugu dan ditiru bila murid-murid di dalam kelas menjadi lebih penting daripada pelajaran itu sendiri. Karena dengan “belajar”, guru akan “mengajar”. Jadi, GURU itu BUKAN KASTA … Salam Guru !!

Terbentuknya IKA FBS UNJ

Semua orang sepakat, Ikatan Alumni bagi suatu Perguruan Tinggi (PT) sangat penting. Tapi sayang, tidak semua PT mau mengupayakan dan mengoptimalkan “keberadaan” Ikatan Alumni (IKA). Masih banyak setingkat fakultas, universitas atau alumninya sendiri “tidak peduli” terhadap eksistensi Ikatan Alumni.


13870315372002826397
Di era kini, peran Ikatan Alumni tidak hanya penting dalam mewujudkan visi & misi suatu PT, khususnya dalam kegiatan Akreditasi PT. Tapi lebih dari itu, Ikatan Alumni dapat menjadi ujung tombak dalam meningkatkan reputasi PT di mata masyarakat, di samping “membuka jalan” untuk masuk ke dunia kerja atau usaha. Ingat, hampir semua PT yang “berkualitas” selalu ditopang oleh Ikatan Alumni yang mumpuni pula. Realitas ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan mutu lulusan PT tersebut. Jadi, alumni adalah aset penting yang harus dirangkul dan dikembangkan oleh setiap PT. Itu penting, baik untuk almamaternya maupun alumninya !!
“Membangun Sinergi” itulah kata kuncinya. Almamater/kampus dan alumni harus bersinergi. Alumni yang sukses tidak bisa dipisahkan dari almamater/kampus tempatnya menimba ilmu. Besar atau kecil sumbangsih almamater telah menjadi bagian dari suksesnya seorang alumni. Sebaliknya, almamater/kampus yang mampu memfasilitasi dan menghargai alumninya (apalagi yang sudah sukses) melalui wadah Ikatan Alumni maka dengan sendirinya akan dipromosikan sebagai “tempat belajar” yang direkomendasi dan berkualitas. Sangat disayangkan, jika banyak alumni yang sukses dan menduduki jabatan strategis, tapi tidak mampu “bersinergi” dengan kampusnya, Akhirnya, kampus jalan ke mana? Alumni jalan ke mana? Tidak ada sinergi, tidak ada kepedulian.
SINERGI Kampus dan Alumni hari ini, mutlak harus diwujudkan, Itu harga mati. Di tengah kompetisi dan dinamika peradaban yang kian sengit, sinergi kampus dan alumni menjadi eleman penting. Jadi, MEMULAI membangun SINERGI antara kampus dan alumni tidak ada kata terlambat untuk dilakukan.
Mengapa Ikatan Alumni penting ? Ayo kita pikirkan dan renungkan ! Kampus mana yang punya “nama besar” di situ pasti Ikatan Alumninya kuat. Kampus mana yang “mentereng”, karena di situ ada kumpulan alumni yang berprestasi dan berkualitas. Kampus mana yang dulunya “jelek” sekarang “bagus” karena alumninya ikut terlibat dalam “membesarkan” kampusnya sendiri. Bagaimana dengan kampus kita ?
Setidaknya ada 4 alasan yang mendasari pentingnya IKATAN ALUMNI bagis suatu kampus atau Pergur8an Tinggi:
1. Alumni dapat berperan dalam memberikan masukan dan program nyata bagi kemajuan almamater.
2. Alumni memiliki potensi dan kompetensi dalam membangun opini publik demi “nama baik” (citra) kampus.
3. Alumni sebagai produk almamater dapat menjadi relasi penting dalam memperluas jaringan kampus dengan insitusi di luar kampus.
4. Alumni dapat menjadi sumber infformasi dunia kerja & usaha bagi lulusan baru suatu kampus, di samping menjadi inspirasi bagi mahasiswa di kampus.
Terbentuknya IKA FBS UNJ
Hari ini, 14 Desember 2013, Ikatan Alumni Fakultas Bahasa & Seni (IKA FBS) Universitas Negeri Jakarta (d/h FPBS IKIP Jakarta) telah terbentuk. Dekan FBS UNJ, Dr. Aceng Rahmat didampingi PD III FBS UNJ, Sri Suhita, M.Pd. telah mengukuhkan Sdr. Khatibul Umam Wiranu (Bhs. Arab 90 – Anggota DPR RI) sebagai Ketua IKA FBS dan Sdr. Syarif Yunus (Bhs. Indonesia 89 – Profesional & Dosen) sebagai Sekjen IKA FBS untuk Perode 2013-2017. Acara pengukuhan dilakukan di Gedung E FBS UNJ Rawamangun dan dihadiri para IKA Jurusan (Bhs. Indonesia, Bhs. Inggris, Bhs. Peranci, Bhs. Jerman, Bhs. Arab, Bhs. Jepang, Seni Rupa, dan Seni Musik & Tari).
VISI IKA FBS UNJ adalah Membangun Sinergi Nyata yang berdasar kemandirian, kemanfaatan, dan kebanggaan, sedangkan MISI-nya adalah: 1) memperluas jaringan alumni yang kuat dan mandiri, 2) membangun sumber daya alumni yang kreatif dan berkualitas dalam berkarya, 3) ikut aktif meningkatkan citra dan kebanggaan almamater. Visi dan Misi IKA FBS UNJ ini sekaligus menjadi representasi “nafas” Bahasa dan Seni sebagai simbol fakultas.
Beberapa program yang dirancang IKA FBS UNJ antara lain:
Jangka Pendek (1-2 tahun ke depan):
Pembentukan dan Rapat Kerja Pengurus IKA FBS UNJ
Pengumpulan/Pencarian 10.000 alumni FBS UNJ melalui FB Group: IKA-FBS-UNJ
Kegiatan Temu Alumni “FBS Poelang Kampoeng 2014”
Pembangunan Sekretariat IKA FBS UNJ & Musholla Alumni FBS
Jangka Panjang (di atas 3 tahun ke depan):
Pembentukan lembaga penelitian/pelatihan bahasa dan seni
Penerbitan Jurnal Ilmiah “Bahasa dan Seni”
Penerbitan Majalah Ilmiah “Bahasa dan Seni”
Pendirian Koperasi IKA FBS, dll
Dalam sambutannya, Dekan FBS UNJ, Dr. Aceng Rahmat menyatakan “Semoga terbentuknya IKA FBS UNJ ini dapat meningkatkan nama baik fakultas dan menjadi mitra almamater dalam membangun sinergi yang lebih nyata” ujarnya.
“Alumni FBS harus bersatu untuk meningkatkan kiprah nyata di masyarakat sesuai bidang masing-masing sehingga nama almamater menjadi lebih positif di masyarakat” ujar Khatibul Umam Wiranu, ketua IKA FBS UNJ.
Jadi tunggu apa lagi, kinilah saat yang tepat untuk memulai dan membangun sinergi antar alumni dan almamater secara lebih nyata. Karena kalau bukan kita, siapa lagi? Kabarkan hal ini kepada seluruh alumni Fakultas Bahasa dan Seni Univ. Negeri Jakarta (UNJ). IKA FBS UNJ, Menuju Sinergi yang lebih Nyata ,… !!

Ikatan Alumni, Mengapa Penting?

Ikatan Alumni, semua orang bilang dan sepakat penting untuk dimiliki. Tidak hanya untuk eksistensi, tapi juga untuk sarana silaturahmi antar keluarga besar “jebolan” suatu sekolah/universitas/lembaga pendidikan. Tapi sayang, tidak semua mau mengupayakan dan mengoptimalkan “keberadaan” Ikatan Alumni (IKA). Masih banyak dari kita yang “tidak peduli” terhadap eksistensi Ikatan Alumni.





Di era kini, peran Ikatan Alumni tidak hanya penting dalam mewujudkan visi & misi suatu sekolah/lembaga pendidikan, khususnya dalam kegiatan Akreditasi Sekolah. Tapi lebih dari itu, Ikatan Alumni dapat menjadi ujung tombak dalam meningkatkan reputasi sekolah di mata masyarakat, di samping “membuka jalan” alumni yang lain (alumni yang baru lulus) untuk masuk ke dunia kerja atau profesional. Ingat, hampir semua sekolah yang “berkualitas” selalu ditopang oleh Ikatan Alumni yang mumpuni pula. Realitas ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan mutu lulusan sekolah tersebut. Jadi, alumni adalah aset penting yang harus dirangkul dan dikembangkan oleh setiap sekolah. Itu penting, baik untuk sekolahnya maupun alumninya !!
Buat apa? Tentu untuk “Membangun Sinergi”. Itulah kata kuncinya. Sekolah dan alumnnyai harus bersinergi. Alumni yang sukses tidak bisa dipisahkan dari sekolah tempatnya menimba ilmu. Besar atau kecil sumbangsih sekolah telah menjadi bagian dari suksesnya seorang alumni. Sebaliknya, sekolah yang mampu memfasilitasi dan menghargai alumninya (apalagi yang sudah sukses) melalui wadah Ikatan Alumni maka dengan sendirinya akan dipromosikan sebagai “tempat belajar” yang direkomendasi dan berkualitas. Sangat disayangkan, jika banyak alumni yang sukses dan memiliki potensi, tapi tidak mampu “bersinergi” dengan sekolahnya, Akhirnya, sekolah jalan ke mana? Alumni jalan ke mana? Bahkan siswanya sekarang pun entah mau kemana ? Tidak ada sinergi, tidak ada kepedulian.
SINERGI Sekolah dan Alumni hari ini, mutlak harus diwujudkan, Itu harga mati. Di tengah kompetisi dan dinamika peradaban yang kian sengit, sinergi sekolah dan alumni menjadi eleman penting. Jadi, MEMULAI membangun SINERGI antara sekolah dan alumni tidak ada kata terlambat untuk dilakukan.
Mengapa Ikatan Alumni penting ? Ayo kita pikirkan dan renungkan ! Sekolah mana yang punya “nama besar” di situ pasti Ikatan Alumninya kuat. Sekolah mana yang “mentereng”, karena di situ ada kumpulan alumni yang berprestasi dan berkualitas. Sekolah mana yang dulunya “jelek” sekarang “bagus” karena alumninya ikut terlibat dalam “membesarkan” sekolahnya sendiri. Bagaimana dengan sekolah kita dulu ?
Setidaknya ada 4 alasan yang mendasari pentingnya IKATAN ALUMNI bagi suatu SEKOLAH:
1. Alumni dapat berperan dalam memberikan masukan dan program nyata bagi kemajuan sekolah.
2. Alumni memiliki potensi dan kompetensi dalam membangun opini publik demi “nama baik” (citra) sekolah.
3. Alumni sebagai produk sekolahan dapat menjadi relasi penting dalam memperluas jaringan sekolah/siswa dengan insitusi di luar sekolah.
4. Alumni dapat menjadi sumber informasi dunia kerja & usaha bagi lulusan baru suatu sekolah, di samping menjadi inspirasi bagi siswa yang ada di sekolahan sekarang.
Cuma gimana caranya menciptakan IKATAN ALUMNI yang berkenan bagi kita semua ? Setidaknya ada 3 orientasi yang harus diciptakan IKATAN ALUMNI
  1. Ikatan Alumni yang tak usang oleh waktu, yang tidak mengenal fanatisme kelompok, angkatan atau usia sekalipun. Memang sulit, tapi kegagalan banyak IKATAN ALUMNI karena terlalu banyak dikotomi di antara anggotanya. Inilah PR besar yang perlu kita cari “jalan tengah”.

  2. Ikatan Alumni selalu mencerahkan, yang membangun tradisi untuk “bersinergi nyata” bukan sekedar kangen-kangenan dan nostalgia. Informasi terkini dari sekolah harus didapat dan apa yang bisa diperbuat alumni untuk sekolahnya. Ikatan Alumni harus mencerahkan bagi para alumninya, sekolahnya, dan jika perlu siswa yang sedang belajar di sekolah. Ini PR lagi ….

  3. Ikatan Alumni harus realistis, tidak berlebihan dalam “bermimpi”. Jangan terlalu banyak yang di mau, di samping jangan ada kepentingan orang per orang yang dominan, semuanya didasari pada realitas. Apa adanya bukan ada apanya. Realistis dalam melihat dinamika zaman, realistis dalam berteman, realistis dalam mengatur waktu.
Ketiga dasar itu yang menurut saya dapat membuat IKATAN ALUMNI memiliki “daya guna” yang lebih tinggi. Tulisan ini dibuat hanya untuk menjadi “bahan renungan” bersama para alumni dalam “realitas kekinian” manusia dan masyarakat. Saat ini banyak orang cenderung apatis, hedonis, dan terkesima dengan hiruk pikuk kehidupan. Tanpa mamu berbuat yang lebih bagi orang lain ?
Jika kita renungkan, kenapa sih bangsa ini semakin banyak orang pintar tapi makin banyak koruptor-nya? Ya karena ada yang hilang di era belajar saat proses kepintaran mereka. Di saat belajar, orang-orang pintar itu “kehilangan” konsep berpikir ala sekolahan yang harus ada pada dirinya, yaitu 1) ETIKA akan pentingnya mengajarkan manusia untuk berbuat baik dan menjadi teladan dalam kehidupan. Mereka pintar tapi lupa etika saat harus mengimplementasikan ilmu yang dimiliki, 2) LOGIKA akan pentingnya kepandaian akademis dalam berkontribusi terhadap kehidupan masyarakat. Logika harusnya dapat membawa kita untuk mencapai cita-cita, tapi setelah itu logika juga tidak boleh menjadikan orang pintar bersikap apatis. Orang pintar harus pandai juga bermasyarakat sehingga kepintarannya mampu menjadi solusi bagi masyarakat. Bukan sebaliknya, orang pintar yang menganggap setiap masalah dan dinamika yang terjadi di masyarakat dapat diselesaikan dengan sendiri-sendiri, dan 3) ESTETIKA akan pentingnya mengajarkan kreativitas dalam menerapkan disiplin ilmu yang dimiliki. Kemampuan memadukan etika dan logika, masih mau berdiskusi dan menuliskan pemikirannya.
Ahhh … maaf terlalu banyak saya berkata-kata. Ini hanya pemikiran saja supaya menjadi bacaan yang mencereahkan. Akankah kita masih saja memikirkan kepentingan diri sendiri? Tentu jawabnya, TIDAK. Inilah bentuk tanggung jawab moral kita bersama. Mari kita “bergerak menuju sesuatu” – Moving Toward Something.